Senin, November 24, 2008

Kaulah Jalan Itu, Ukhti...


Galau ini... bimbang ini... atau apapun namanya yang mendera hati kita mungkin sudah mencapai nadir, mencapai titik didih tertinggi hingga membakar semua isi raga yang yang tak kuasa meronta karena cinta orang tua, cinta yang tak boleh padam.


Satu cerita terukir kembali... lembaran bertinta tergores darah bisu yang tahu dalamnya air matamu, ku tak bisa berucap banyak mesti petir pun ingin kulepaskan dari teriakanku yang terusik rasa ingin menggapai mu dalam malam penuh debu harapan.


Badai berhujan ini telah merobek layar kita... tapi perjalanan ini harus berlanjut Ukhti... entah didalam badai ini besarnya kapal niat yang kita tumpangi akan karam termakan derasnya gelombang, ataukah kita terlempar keluar ... ataukan perahu ini harus patah dan kita hanya menggenggam bagian kecil yang tersisa... dan hilang dalam samudra lautan cinta Islam yang kita damba....


Tidak ukhti... perahu ini masih berlayar... kita masih menggenggam waktu menuju dermaga kita... kita masih punya waktu. Kita masih bisa menghibur hati dalam mimpi yang dibatasi ketakutan... sekalipun itu ketakutan akan kehilangan. Tapi setidaknya kita masih bisa bersama menjalani ganasnya badai ini... hingga badai ini reda, atau kita yang di redakan.


Genggamlah niat ini, raih pula hatiku, inilah kita dalam terbata masih setia menata cinta yang mulai digetarkan alam manusiawi. Kaulah tombak itu ukhti... kaulah jalan itu... aku tak kan pernah menyalahkan mu walau tombak itu harus patah... walau jalan itu harus buntu...


untuk malam yang ingin kita lalui, untuk siang yang ingin kita jalani...tetaplah dijalan ini, jalan yang ingin kita jejaki bersama... karena ini bukan cinta sederhana...

Tidak ada komentar: