Selasa, Oktober 14, 2008

Dadaaahh waktu....


Hidupku yang mungkin tak seindah pelangi ini tak kan pernah membuat ku surut lagi menatap sangarnya matahari. Begitu jauh dari indahnya pelangi, hingga akupun lupa warna pelangi. Apa aku patah arang dengan keadaan yang seperti itu? Tidak. Karena warna bunga taman sudah cukup membuatku tersenyum.

Aku sudah tak mau menatap matahari, bukan aku sudah tak bernyali. Untuk apa aku harus mengalahkan matahari, toh kalaupun dia kalah apa untungnya buatku? Itu cuma makan waktu, lagian aku takkan bisa menggantikan tugas matahari, karena matahari juga tak bisa gantikan posisiku. Kalau pun bisa di gantikan, apa aku mau? Tidak! Di angkasa sana terlalu sepi, sedang di sini… ada makhluk berkerudung yang akan menemani. Jadi biarkan matahari dengan sinarnya, dan aku dengan hari-hariku.

Aku memang sudah lama berlayar, dan sekarang aku ingin berlabuh. Sejak jangkar ini diangkat dari sebuah pelabuhan entah-berentah, aku sudah mendambakan akan berlabuh pada dermaga impian, semakin lama aku berlayar, semakin aku merindukan dermaga itu. Kini, dermaga itu sudah di depan mata.

Memang awalnya aku merasa tidak yakin, inikah dermaga yang aku rindukan? Tapi kibaran kerudung itu membuatku yakin, inilah tempatku. Dan aku sangat berharap agar kerudung itu terus berkibar menyapaku, mengingatkanku, mengharapkanku juga merinduiku.

Mungkin masih terlalu pagi buatku untuk mengucapkan salam perpisahan kepada waktu. Yah, waktulah yang membatasiku kini. Tapi aku sudah tak tahan untuk menyampaikan kata perpisahan.

“hai waktu yang menyebalkan... emang enak ditinggalin? Aku sudah tidak ingin menunggumu lagi, karena sudah ada yang lebih enak untuk di tunggu. Kau terlalu menjemukan untuk menjadi teman, dan aku sudah punya teman lain yang bisa marah, bisa kesal, bisa senyum, bisa ngambek, bisa manja, bisa bikin repot, bisa bikin GR dan bisaaa..... ada deeehh..... hai waktu.... dadaaaaahhhhh....”

Tidak ada komentar: