Minggu, Agustus 31, 2008

Ifa, bendera itu harus tetap berkibar...



Aku pernah menonton sebuah film, mungkin namanya film dokumenter dari sebuah suku di nusantara ini di TVRI, sudah lamaaaa sekali, aku lupa kapannya. Disana diceritakan bagaimana masyarakat setempat melaksanakan berbagai macam prosesi adatnya. Sangat luar biasa mereka melakukan aktivitas itu, mereka tak peduli berapa besar nominal yang di keluarkan atau tenaga yang di gunakan atau juga waktu yang di habiskan, yang penting proses adat ini berjalan, dan mereka senang kalau proses itu berjalan seperti yang di jalankan oleh leluhur mereka. Begitu menghormati adat hingga mereka berkata : "… lebih baik dikatakan tidak beragama dari pada tidak beradat…"

Lalu, banyak juga adat ini yang katanya “ber-aroma” Islam. Ya, mereka memakai salam, mereka memakai basmallah, mereka memakai syahadat, mereka memakai hamdallah dan mereka juga berdo’a kepada Allah… Tuhan yang sama dengan ku. Orang-orang dikampungku juga orang yang sangat mengedepankan adat, dan katanya adat ini ya islam itu sendiri, Islam inilah adat kita, begitu katanya…

Jika Islam itu memang dipakai sebagai adat, mengapa tidak mengatur tentang aurat? mengapa laki-laki dan perempuan masih bercampur tak karuan dalam suatu prosesi adat? mengapa harus ada membasuh keris? Mangapa harus ada kepala kerbau? Mengapa harus ada ayam hitam? Mengapa harus ada bakar kemenyan? Mengapa harus ada kembang tujuh rupa? Mengapa harus menari? Mengapa… mengapa… dan mengapa banyak hal yang dilakukan disana tidak pernah di contohkan oleh orang yang membawa Islam ini? Kan dia yang menjadi contoh, Rasulullah yang harus di contoh, bukan nenek monyang !!!

Ifa…
kamu atau aku… aku tahu kita tak butuh itu. Satu hal yang kita harus tahu, keluarga kita sayang kepada kita, pernikahan ini adalah hal yang sangat besar, dan mereka menunjukkannya dengan melakukan prosesi adat karena mereka hanya tahu seperti itulah menunjukkan rasa sayang. Coba kalau pemahaman mereka sama seperti pemahaman kita, pasti akan lain ceritanya.

Insya Allah, Allah akan berikan jalan kemudahan jika kita berusaha. Bukankah Allah sudah berjaji kalau Dia akan memberikan jalan kemudahan kepada orang yang mau menikah? Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mencoba banyak jalan, memberikan pengertian betapa kita menginginkan agak “beda” dari yang mereka biasa lakukan, dan kita juga sangat menyanyangi mereka.

Mungkin susah, tapi jalan kemudahan itu pasti ada. Bendera itu harus tetap berkibar, karena itulah satu-satunya jalan yang akan kita tempuh agar kita dapat memulai hidup kita yang baru. Tapi, sebelum benar-benar kita mengibarkan bendera itu, tentunya kita harus menyiapkan segala konsep yang kita inginkan. Kita tidak maukan? bendera itu berkibar tak karuan? Yap, kita memang harus banyak bicara.

Pernahkah Kita Bilang Cinta...?



Kau tahu, langkah kita mungkin termasuk cepat hingga sampai pada keadaan yang sekarang, aku bukan sedih dengan keadaan yang demikian, ini malah suatu karunia yang harus disyukuri karena sampai sekarang tidak ada kendala yang membuat langkah kita berhenti dan harus patah arang… semua berjalan seperti yang kita inginkan.

Cinta, pernah kah kita katakan? Pernahkah kau katakan padaku, atau aku yang katakan pada mu… tidak, kita tak pernah katakan itu. Tapi… apakah kita tidak memilikinya? Hal rumit semacam ini memang menyebalkan untuk di teorikan, karena cinta itu harus disampaikan, bila tidak, maka bersiaplah... karena hati kita yang cuma kecil ini akan menjadi rusak. Cinta itu mempunyai daya yang sangat kuat hingga hati kita tak akan mampu menampungnya, maka sampaikanlah rasa cinta itu bila tak ingin hati kita rusak karenanya.

Bukan kata cinta yang kita harap, bukan pula mesra tuturnya. Tidak, ini bukan patah arang cinta buta Romeo dan Juliet, karena yang kita miliki jauh lebih tinggi dari itu. Perbuatan… ya, perbuatan itulah yang mengatakan segalanya. Apakah kau merasa aku mencintaimu? maka lihatlah apa yang aku lakukan, begitu juga dengan mu. Tidak melakukan perbuatan melanggar Islam hingga proses ijab-qabul ini selesai juga merupakan salah satu ungkapan cinta kita tertinggi, karena begitu besar dan bersihnya cinta yang kita punya, maka kita tak ingin itu dikotori oleh perbuatan yang bodoh. Langkah kita yang sudah sejauh ini juga adalah ungkapan cinta… iya, kan? Jika bukan karena itu, maka kita tak kan pernah sampai di tahap ini.

Jangan takut bila kata cinta itu belum pernah terucap dari kita, karena kita telah mengungkapkannya dengan baik sejauh ini. Dan mungkin secara tidak sadar, kita malah mengungkapkannya pada setiap detik waktu kita. Cinta bukan seberapa sering kita SMS-an, cinta bukan seberapa sering kita telpon-nan, besarnya cinta juga bukan seberapa seringnya kita bertemu, besarnya cinta ini bisa kita lihat dari seberapa kuat kita bisa menjaga cinta ini agar tidak dikotori hal bodoh dan semacamnya. Menurutku, sejauh ini kita sudah melakukannya dengan baik, jangan pernah berubah.

Lalu, apakah kita tidak ingin mendengar kata cinta diantara kita? Jujur saja, aku ingin, malah sangat ingin sekali, kamu gimana? aku yakin kau juga begitu. Bisakah itu kita lakukan? Kenapa tidak? Menurutku itu hal yang mudah… tapi aku yakin kita sepakat kalau cinta ini akan kita katakan saat sudah tidak ada lagi sekat yang menyebalkan ini membatasi kita, saat itu… berbagai kata cinta akan dikatakan… akan didengarkan… dan kita akan bekerja sama membuat seisi alam ini cemburu, dan membuat syaitan-syaitan jengkel karena tak mampu menggoda kita hingga langkah terakhir penantian kita, mereka akan kalah telak… dan ini akan menjadi salah satu hadiah terbesar buat kita.

Saat itu… yah, saat itu kita akan…ah, mungkin kau saja yang melanjutkan… aku ngatuk…

Rabu, Agustus 20, 2008

Tetaplah Saling Mengisi




Bila penunjuk batas itu sudah terlanjur lelah menanti, maka sudah tak ada satu debu yang mampu menahan ku untuk katakan luapan biru. Aku dan diri ini masih satu kata untuk menatap mu, dan pasti kan kupertahankan tetap seperti itu hingga kau tak mau tahu atau malah tak perlu tahu.

Cinta sejati memang tak pernah hadir dalam kelalaian waktu kita, tak perlu kau tunggu karena dia lahir dan tumbuh bersama do’a malammu yang teduh.Ini bukan cinta buta atau cerita Cinderella, tidak, ini tak akan dimengerti oleh hati penuh dengan dusta yang buta dengan warna warni dunia.

Bukan apa, siapa, dan bagaimana, tapi luruskanlah dalam jalan wangian syurga, karena apa sebernarnya kita berkata cinta… inilah syurga sebelum syurga sebenarnya yang di gariskan dengan ketetapan Allah.

Hingga rambut akan memutih, hingga ajal akan menjemput... tetaplah saling mengisi seperti matahari dan rembulan. Karena itulah Allah menciptakan cinta...

Barisan Perang Badar




Ketika aku mengkafirkan diri dari anjingnya demokrasi, maka tak ada satu helai rambut yang berhak mengahalangi langkah ku mengangkat patahan narasi yang terlupakan. Ini lah nafasku yang bercampur dengan deru debu jalanan, maka nafas adalah kesempatan, jiwa adalah peluru, hati adalah perisainya… inilah aku, jiwa yang terkoyak dalam seribu martir…

Hidupku yang di abdikan untuk menjadi saksi setiap jengkal tanah di dunia ini, maka kan kujadikan waktu untuk menghias taman-taman kuburan. Tak kan kuelakkan angkuhnya tongkat-tongkat Abu Jahal, hingga iblis bernama kebebasan si setan Amerika itu harus mati bersama ketapel Palestina, dan membakar Vatikan dalam omong kosong perdamaian.

Do’a, batu, air mata dan darah ini akan terus mengalir bersama cinta keteladanan para tabi’in dalam naungan panji Rasulullah, inilah barisan perang badar yang angkat bicara, maka bersiaplah mampus bersama arang mu yang terakhir. Kau tak perlu lari karena tak ada tempat bagimu kecuali di ujung pedangku bersama niat syahid di dadaku.

Dengarkan terompak kaki kami yang terdengar hingga ke ujung syurga, inilah kaki-kaki yang akan menjadikan mu sampah dan pecundang dalam arena perang. Maka sudah pilihanmu untuk menjadi zionis seiring dengan nasib lehermu yang akan ku tebas...

Kamis, Agustus 14, 2008

" ............................"




...
Aku ga tahu sudah berapa lama aku terdiam, dan cuma menatap gambar ini di layar 12,1" WXGA laptop ku, tapi tak ada satu katapun yang bisa kutulis tentangnya, bukan cuma itu, judul sajapun tak bisa aku dapat. Apa aku sudah kehabisan kata-kata? ah, mana bisa, setahu ku, untuk urusan cinta, tidak akan pernah kehabisan kata untuk mengungkapkannya... kata-kata itu pasti ada, dan mungkin lebih dahsyat dari yang kita duga... lha, tapi kok aku bisa blank begini...

Terus terang, aku ingin katakan banyak hal, tapi apa ya...? eemmm... bgini aja, mungkin aku akan telepon kamu saja, boleh kan? tapi kapan yaa? paling mau ngomongin tentang masalah kerjaan, jam kerja, aktivitas, tempat tinggal yaaa apa aja yang berhubungan dengan kehiduan baru nanti, kan harus di persiapkan dari sekarang. tapi sebelum aku telepon ke kamu, aku harus cari dulu nomer telepon kamu.

APA...? aku belum punya nomer telepon kamu? kata kakaku "... apaaaa!! kamu sudah lamar anak orang tapi kamu belum tau nomer teleponnya...? heh... kamu niat ga sih nikahin dia?" yeee... hare gene nanya niat, aduh kakaku yang terhormat, belah lah dadaku, maka isinya niat semua....

lha iya, kan kamu emang belum kasih nomer telepon kan? hehehe aku belum punya nomer kamu bukannya ga cinta neh...hihihi, tapi, yaaa emang belum dapet aja kaleee. yaa paling tar cari dulu, insya Allah dapet lah. Paling dengan sedikit nasihat (jangen begini... jangan begitu, Boleh begini... boleh begitu dan semacamnya) dari yang punya nomer kamu, maka aku pun akan dapet nomer kamu, hehehe, kecuali kalo kamu bersedia ngasih sendiri...

OK deh, ... tulisan ini mungkin tidak mewakili gambar diatas. tapi aku yakin, gambar diatas sudah bisa bicara banyak tentang kita, Desember itu dekat loh... (aduuuhhh, jadi pengen malu, hihihi....).

Jumat, Agustus 08, 2008

Harapan itu...


Belum genap satu minggu aku mengkhitbah mu yang jauh di pelosok sana, rona hidupku terasa begitu memerah. Bagaimana tidak, sebelumnya status ku JOMBLO, sekarang berubah menjadi CALON SUAMI. Wah... jujur saja, aku rada grogi dengan status baru ini. setiap saat... pengen senyum aja bawaannya. Pokoknya senang aja gituh. Tapi... ya ini ga enak nya... aku jadi seneng menghayal , kaya orang mau kawin aja (lha, emang iya kan?).

Betul, semua laki-laki adalah calon suami, tapi status ku ini kan bukan karena aku laki-laki saja, tapi status ini benar-benar resmi. Bukan hanya aku, kau juga begitu, kau kini sudah terikat, dengan status mu yang sekarang menjadi CALON ISTRI, maka sumua pintu terkunci bagi laki-laki mana pun selain aku (hihihi...) dan kuncinya sedang aku simpan, bisa jadi kunci ini tetap ada padaku, dan tidak tertutup kemungkinan kau meminta kunci ini kembali, jika itu terjadi... aku tidak punya alasan untuk tidak memberikannya.

Kau tahu, gossip di kantor semakin hari semakin melabar saja. Berita tentang lamaran 3 agustus kemaren entah bagaimana menyebar ke semua orang disana, mulai OB, kantin (malah issu disni agak parah, aku dikira sudah nikah... maklum, kantinkan tempat mangkal banyak orang), Satpam, Guru, Manajemen, Komite Sekolah hingga ke wali murid.... setiap ketemu, pasti dikasih senyum nakal ”... kapan neeeh, udah gatel pengan kondangan”, atau kalo lagi ibu-ibu ngumpul dan kebetulan aku ada disana ”pak, tanggung jawab loh, banyak yang patah hati neeh...”. bukan hanya dikantor, di lingkungan temen-temen se-aktivitas juga demikian, pasti ditanya tentang hasil lamarannya dan kapan tanggalnya. Aku cuma senyum aja , dan menyakinkan para FANS ku itu bahwa semuanya sedang berjalan, dan tunggu tanggal tarungnya.... ternyata semua orang yang di sekitarku sangat memperhatikan ku, dan frekuansinya diluar dugaan.

Kadang aku juga merasa aneh, kenapa? Coba bayangkan... aku akan menikahi wanita yang sampai sekarang aku belum hafal wajahnya. Aku akan menikahi wanita yang sampai sekarang belum kudengar suaranya (kecuali waktu ta’aruf dulu, itu pun cuma sekedar saja), aku akan menikahi orang yang sampai sekarang aku tidak punya apa-apa tentangnya, kecuali nama. Ya, kecuali nama. Cuma itu yang aku punya (aneh ga sih...?)

Terus terang, aku belum menyiapkan rencana apapun tentang pernikahan ini. Bagai mana tidak, sampai sekarang aku tidak tahu apa keputusan mu tentang pelaksanaan pernikahan ini. Aku tidak akan memaksa mu, karena aku tidak mau begitu. Kalo ingin berjalan, berjalanlah. Tapi kalo kamu mau lari, yaa lari aja... atau kalo mau naik angkot juga ga apa-apa. Yang penting kau nyaman menjalaninya.

Aku juga tidak tahu perasaan mu tentang rencana pernikahan ini, apakah ada masalah... adakah keraguan... adakah yang mau dikatakan..., biasanya, kalo tidak ada konfirmasi berarti tidak ada masalah (seharusnya kan begitu). Tentang bagaimana aku, kau bisa melihat blog ini kapan saja kalau kau ada waktu. Karena blog ini memang disampaikan buatmu... yang lain cuma numpang disini (biar yang masih jomblo-jomblo itu kepanasan). Ada banyak hal yang menurutku kau perlu tahu, aku sampaikan disini. Aku juga tidak tahu, apakah kau keberatan dengan semua yang aku sampaikan disni.

Aku cuma berharap, agar kau baik-baik saja. Dan semua berjalan seperti yang di harapkan. Semoga.

Rabu, Agustus 06, 2008

Catatan 3 Agustus 2008


Semua sudah siap… barang yang di bawa ada semua, orang ikutan … sumuanya siap. Dengan menahan dentuman jantun, pagi itu kami berangkat cuma denga satu niat jalan-jalan.... tepatnya: mengkhitbahmu sambil jalan-jalan kepantai. Dengan berbagai hal, perjalanan agak meleset dari jadwal karena harus menunggu kakaku sekeluarga yang masih ada urusan ”dalam negeri” bersama juniornya, dan ustad AH yang ternyata harus kemabli kerumah walau sudah ada di depan pintu tol karena ada hal yang tidak bisa di lewatkan.. akhirnya perjalanan yang mendebarkan itu berlanjut juga dengan 2 mobil dan 11 orang.

Banyak hal yang di bicarakan dalam perjalanan itu, saking banyaknya aku sampai lupa. Diantaranya kapan rencana pernikahan akan di gelar, aku bilang: ga tahu, lihat aja nanti....

Perjalanan itu begitu jauh, aku kadang membayangkan, bagaimana kau pulang dengan jarak itu? Lalu, bagaimana kau melintasi jalan setelah belokan itu yang tidak ada angkot masuk kesana... kan masih jauh harus masuk kedalam, jalan kaki? Atau di jemput? Ditengah perjalana yang tidak berangkot itu, pamanmu menemukan kami yang sedang ragu dengan jalan kami sendiri.... dan kami pun sampai kerumahmu.

Ketika sampai, aku berharap kalau ini cuma mimpi karena aku terlalu memikirkan rencana pernikahan ini, sial... ini nyata bro...dan sudah banyak orang disana yang menyambut ramah...ah, tempat ini sama seperti kampungku. Desa banget.

Aku sudah gugup beberapa saat setelah di persilahkan duduk, karena aku masih mencari-cari apa kau ada di antara yang menyambut itu atau tidak?sepertinya tidak ada, maklum... takut salah orang...karena (jujur saja) aku sudah lupa wajahmu (hihihi... jadi malu...).

Sedikit basa-basi tentang rute perjalanan, konteiner, debu, cuaca, PLTU, batu besar dan semacamnya.... hey... aku sedang gugup.... bisa bicaraan yang lain saja? Misalnya.... langsung ke lamaran gituh...

Ya... kami mengajukan lamaran, dan.... asiiik… di terima! Kawin dah, neh…

Tapi kemudian aku jadi gusar tentang waktu pernikahan, semula aku sudah senang dengan rencana pertama, walau agak lama, tak apalah… masih dalam toleransi. Tapi… bagaimanan dengan rencana kedua? 1 tahun…!!!

Jujur saja… aku mau kabur. Karena orang-orang disana selalu melihat kearahku, dan aku cuma menunduk dan mengamati HP LG KG300 yang kubeli dengan susah payah setahun yang lalu... sebernarnya aku sudah hafal bentuK HP kesayangan ku itu, tidak ada lagi yang terlalu menarik, tapi waktu itu... HP ini menjadi hal yang sangat menarik untuk di perhatikan di tengah negosiasi waktu pernikahan ini.

Disatu sisi, yaa... masuk akal semua masukan itu. Tapi... yaa... masak iya harus ada ide satu tahun, kalo begini, mendingan mengajukan biodata pernikahan dan khitbahnya setahun lagi aja. Kalau pun benar satu tahun... yaaa OK-lah... tapi kurasa bukan aku yang akan mengkhitbahnya, karena mungkin aku sudah mengkhitbah yang dari provinsi sebelah aja, Bogor misanya.

Maksudku, sudah kita pahami bersama, toh? Jarak antara Khitbah dan Nikah palingan cuma 2 atau 3 bulan, lebih dari itu sudah tidak sehat, siap-siaplah dengan banyak masalah, misalnya: hambar, atau bosan menunggu, itu masalah besar. Tapi, pandangan keluarga memang layak di pertimbangkan, kok.

Bukankah yang menyetujui rencana pertama malah lebih banyak? Naaaa...

Dengan berbagai perasaan yang bekecamuk di hati ku, kami pulang. Aku tidak tahu apakah harus senang atau kecewa dari hasil khitbah ini... tapi yang lain asik-asik saja kelihatannya. Dalam perjalanan pulang aku sempat di godain, apa tanggapanku tentang waktu yang 1 tahun lagi, dengan cepat aku menjawab: Pak, ganti aja ya, pak...? (hehehe.... becanda duluan sih...)

Dalam perjalanan pulang, kami mampir dulu ke Carita, main kelaut yang lagi surut, aku memang senang main ke laut. Sambil memandang laut, aku berkhayal, wah... asik neh, kalau pulang kampung, bisa main terus kelaut (hihihi... itu kalo jadi nikah, mas...)


Sebelum naik lagi ke mobil untuk pulang, aku mampir ke mobil kakak. Yang jelas, entah bagaimana kamu dan keluargamu memperlakukan kakak ku, dia sudah jatuh hati dengan kalian. Dia sudah cocok sekali dengan mu hingga dia bilang agar aku mengajakmu ke BSD kalau nanti balik ke Tangerang, dan bahkan dia sempat mengajakmu pulang bersama, kan?

Dia sudah keluarkan ultimatum: ”awas ya kalo ga di nikahin...udah pas lah pokoknya, udah cocok tuh..., di negoin aja agar tidak 1 tahun ya, jangan ngomong macem-macem, apalagi sampe ga jadi... awas....” Aku senang juga dengan dukungan dari kakak.

Begitu mengantar ustd.AH kerumahnya, aku sempat sampaikan niatku itu, kalau aku tidak bisa menunggu 1 tahun. Dia sudah mengerti, kok. Dan dia akan sampaikan seperti rencana sebelum khitbah itu tetap terlaksana, insya Allah.

Jujur saja, aku sudah siap dengan kemungkinan terburuk termasuk batalnya khitbah ini hanya gara-gara tidak sepakat waktu. Ini pasti sangat sulit (aku pasti bohong kalo aku bilang siap untuk gagal dalam khitbah ini, aku pasti tidak siap).

Aku yakin, kau juga ingin dilaksanaan segera, karena kita tidak butuh perayaan yang besar... kita hanya ingin di nikahkan dan melanjutkan kehidupan kita... iya, kan?

Semoga niat kita segera tercapai...

Selasa, Agustus 05, 2008

Bila Waktu Membakar Batas


Melawan hambatan debu menuju hati mu yang yang mungkin sedang menunggu adalah sebuah niat yang kala itu tak mungkin kutawar lagi. Mungkin angin, mungkin air, mungkin pula api yang mendera kibaran bendera niat menjulang ini hingga bisa saja membuat hati rapuhku tercabik... tapi... niat ini mesti ku tunaikan.

Lembaran cerita hidupku yang ingin kulengkapi dengan namamu dimasa datang semakin membuatku terjebak untuk tetap menapaki langkah ini, karena di jalan inilah kau ada, maka disanalah aku akan melangkah menggapai hati dan dirimu dan menempatkanmu di tempat terdekat dengan ku bersama seluruh yang ada padamu, aku sudah yakinkan itu.

Kemarin... tali merah itu telah mengikatmu sampai kau ingin memutuskannya. Dan dengan tali itu bahana pekik halilintar akan segera menteror setiap jejak kita, jejak yang ingin segera kita lalui. Tapi, retakan pembelah bumi itu membuat hatiku galau, dan aku tahu yang ku ingin belum tentu boleh kuraih, tapi harapan adalah cita-cita. Pernah titisan air suci membasahi hati ini walau sedikit, dengan air itu... maka ku sadar, memaksakan itu bukan jalan keluar.

Ketika hati kakaku telah kau curi, maka ketika itu gemuruh niat agar bisa meraihmu menjadi meradang di kepala bengalku, tapi... 365 hari itu melebihi pikiran terliarku, ini akan memupus rona hatiku... menyiksanya dengan cambuk kerinduan, dan membakarnya dengan api cemburu tak berarah. ini akan menjadi masalah.

Ada secuil niat memercik untuk menghilangkan kau di ingatanku, tapi itu takkan pernah mudah. karena aku harus kembali mencabut pedang dan mengikis hati dan jantung ini yang sudah terlanjur bertato namamu di sekujurnya, ini akan membuat hati dan jantungku berdarah, dan aku harus menahan perih seumur hidupku.

Badai ini memang membuatku berduka, percik itu takkan kubiarkan membesar, karena mengingatmu sudah cukup memadamkan beribu percik yang mencoba menjauhkan hatiku pada mu yang tak mungkin tertukar, lalu kupasrahkan dengan istikharah malam penuh harap, agar jalan ini segera kita lalu...

Ya Allah, jangan jadikan waktu membakar batas ini... segera hilangkan sekat menyebalkan ini dari kami...